Menyembuhkan
Indonesia yang Sakit
Mungkin judul diatas
agak sedikit aneh, sakit? Sakit kenapa? Apanya
yang sakit? Pemerintah dan masyarakat indonesia sedang sakit kawan, lihat saja
berita di televisi, pasti banyak memberitakan tentang korupsi atau juga
penyakit lainnya yang diderita pemerintah kita, belum lagi penyakit masyarakat
yang mudah sekali tersulut emosi, tawuran antar pelajar, unjuk rasa yang
anarkis, bentrok antar suku, atau kasus pembunuhan yang didasari oleh alasan
yang sebenarnya sepele.
Memang benar jika
pemerintah kita sekarang sudah sangat bobrok, tapi masyarakatnya juga sama
saja, sangat pintar sekali mengkritik tapi bukan kritik yang membangun, sangat
pandai mengomentari kinerja pemerintahan yang buruk tapi tanpa ada solusi.
Semakin hari saya semakin jengah saja melihat kondisi negeri ini, saya sangat
prihatin tetapi tidak tahu harus berbuat apa. Sekalipun saya punya ide dan gagasan, tapi apalah daya,
saya hanya seorang mahasiswi fakultas hukum yang tidak punya pengaruh apa-apa. Tapi mudah-mudahan dengan menuangkan
sedikit masukan disini saya berharap bisa memberi sedikit kontribusi untuk
kesembuhan indonesia yang sedang sakit ini.
Indonesia sekarang
telah banyak mengalami perubahan kawan, mungkin dari segi teknologi sudah
lumayan maju dibanding beberapa puluh tahun yang lalu ketika masih awal-awal
merdeka. Tapi jika dilihat dari segi mentalitasnya saya kira sangat jauh
menurun, rasa nasionalisme bangsa kita semakin lama kian memudar. Kalau dulu
para pahlawan kita benar-benar rela mengorbankan nyawa dan harta benda demi
kemerdekaan, kalau sekarang malah banyak yang mengorbankan rakyat demi harta
dan kesenangan pribadi. Sungguh berbeda sekali kawan, saat kita sudah merdeka
66 tahun lamanya, kita justru terjajah oleh ketamakan segelintir orang, kita
dijajah di negeri sendiri, kita terjajah oleh bangsa sendiri, kita belum
merdeka kawan, belum merdeka dari kebodohan, belum merdeka dari kemiskinan,
belum merdeka secara ekonomi, masih banyak yang harus dibenahi kawan. Saya
terkadang merasa gemas sekali melihat
pemberitaan-pemberitaan di televisi, hati kecil saya berkata “kenapa sih tidak diurusin cepat’ atau “kenapa sih kok bisa begini” atau “kalau saya yang jadi menterinya, pasti
langsung saya handle masalah ini”.
Ketika saya menulis
sekarang, pada saat bersamaan saya sedang menonton berita di salah satu stasiun
televisi swasta, “terjadi demonstarsi di
gorontalo, kampus terbakar”. Sungguh hal yang sangat konyol, mahasiswa juga
yang rugi kalau ruang kelas terbakar mau belajar
dimana, orang tua kerja keras banting tulang untuk membiayai kuliah kita untuk
menuntut ilmu, supaya kelak bisa jadi orang sukses, bukan malah jadi tukang
rusuh dan membakar kampus. Sungguh merupakan suatu tindakan yang bodoh dan
konyol, membakar kampus bukanlah suatu penyelesaian. Itu adalah salah satu
alasan kenapa saya sebut sebagai “masyarakat
yang sakit”, secara fisik mungkin sehat, tapi secara pola pikir masyarakat
kita banyak yang masih sakit.
Saat wakil rakyat yang
duduk di dewan legislatif sudah tidak bisa dipercaya lagi, ditambah lagi
masyarakatnya yang kekanak-kanakan, mau jadi apa negeri ini, mau dibawa kemana
indonesia ini?? Sudah saatnya kita berubah kawan, kemajuan suatu negeri bukan
tergantung hanya pada pemerintah saja, tetapi juga tergantung pada
masyarakatnya, kita tidak bisa hanya melulu menyalahkan pemerintah without do anything. Kita generasi muda
harapan bangsa, sepuluh atau dua puluh tahun mendatang generasi kita lah yang akan
duduk sebagai wakil rakyat, untuk itu kita harus memulai dari sekarang menjadi
pribadi yang bijak, yang peka terhadap lingkungan sekitar, yang bisa diandalkan
rakyat, yang bisa memihak rakyat, yang bisa mewakili kepentingan rakyat, kita
harus belajar menjadi orang yang baik, jujur, adil, dan benar.
Indonesia sebagai
negara dengan cadangan air terbanyak nomor lima di dunia tapi masih banyak
masyarakat yang sangat sulit mendapatkan air bersih, masih banyak kekeringan di
beberapa daerah. Seharusnya pemerintah bisa memfasilitasi supaya pembagian air
merata, sehingga jika terjadi kekeringan di suatu daerah, mereka masih bisa
mengakses air yang dialirkan dari daerah lain, tanpa harus jalan kaki
berkilo-kilo meter hanya untuk mendapatkan beberapa ember air. Sebenarnya
indonesia itu sangat kaya dan tidak kekurangan apa-apa, semuanya tersedia di
alam indonesia, hanya saja pemerintah kita tidak bisa mengelolanya secara
efisien, akhirnya yang terjadi ya
seperti ini, istilahnya kelaparan di
lumbung padi. Bahkan beberapa hari yang lalu, saya lihat berita bahwa
indonesia masuk peringkat ke-2 di dunia sebagai negara dengan tingkat
penggunaan wc di alam terbuka (tempat BAB di sungai atau kali) terbesar di
dunia setelah india. Sungguh ironis, indonesia selalu terdepan dan teratas
dalam hal yang negatif, tingkat korupsi tinggi, tingkat kemiskinan tinggi,
tingkat kecelakaan lalu lintas tinggi, tingkat pengangguran tinggi. Harusnya
prestasi yang ditonjolkan, bukan malah kekurangan terus yang ditingkatkan.
Saya tidak habis pikir
mengapa pemerintah seolah membiarkan bangsa kita ini dijajah secara ekonomi
oleh negara asing. Betapa tidak, banyak sekali waralaba-waralaba asing yang ada
di indonesia, dan dengan bangganya masyarakat kita makan di tempat-tempat makan
asing tersebut. Hampir di seluruh kota ada McD, KFC, A&W, starbuck, dan
yang lainnya. Kita memperkaya orang luar, sementara orang indonesia hanya
menjadi konsumen saja. Harusnya masyarakat kita bangga dengan produk dalam
negeri, kalau bukan kita lantas siapa lagi yang akan bangga dengan produk
indonesia. Bagaimana produk lokal bisa go internasional kalau di dalam negeri
sendiri tidak diminati.
Inti permasalahannya
adalah, bahwa baik pemerintah ataupun masyarakatnya banyak yang pola pikirnya
sakit. Memang tidak semuanya, tapi sebagian besar masih sakit. Disinilah yang
harus dirubah, pola pikirnya dulu yang harus dibetulkan. Mari kita sama-sama
belajar untuk meluruskan kembali pola pikir atau sudut andang atau paradigma
kita terhadap suatu permasalahan. Apabila seluruh penduduk indonesia sehat
otaknya, saya yakin tidak akan ada lagi yang namanya pelecehan seksual di dalam
angkutan umum, tidak ada lagi pejabat yang korupsi, tidak ada lagi siswa
tawuran, tidak ada lagi kerusuhan antar warga.
Peran pemerintah dan
masyarakat sangat penting dalam memajukan negeri ini. Baik pemerintah maupun
masyarakat harus bekerja sama secara continue dan sinergis dalam memajukan
indonesia, bukan malah saling mementingkan kepentingan pribadi. Masyarakat hobi
menuding pejabat dan mengorek-ngorek kesalahan pejabat, salah sedikit saja
langsung ribut di media, padahal
belum tentu juga benar-benar bersalah. Begitupun pemerintah, sangat lamban
dalam menangani permasalahan yang terjadi, dan tidak serius dalam memproses
terdakwa korupsi, tapi giliran ada nenek tua yang mencuri beberapa butir coklat
kakao, langsung diproses di pengadilan, macam
betul saja peradilan kita ini, kok
bisa-bisanya ngurusin hal sepele
seperti itu sementara koruptor milyaran yang di penjara pun masih sempat
jalan-jalan ke makau, ke bali, dll. sementara itu, di semarang, ada bangunan
sekolah SD yang ambruk sehingga terpaksa mereka belajar di ruang dapur salah
satu guru yang mengajar di sekolah tersebut, ironis sekali kawan. Lain halnya
apabila masyarakat dan pemerintah sama-sama saling bersimbiosis mutualisme, saya yakin indonesia bisa maju pesat dan
menjadi negara berpengaruh di dunia.
Mungkin teman-teman
masih bingung dengan istilah pola pikir yang sakit. Maksud saya
adalah arah pemikiran yang salah, sebagai contohnya banyak sekali orang selalu berpikir
untuk mendapatkan kerja, kerja, dan kerja. Seharusnya cobalah berpikir untuk
membuka lapangan kerja, kenapa? Karena kita bisa lebih maju sebagai pengusaha daripada
pekerja, pabrik rokok yang kaya adalah pemilik pabriknya, bukan buruh atau
pekerjanya. Pemilik perusahaan selalu lebih sukses dibanding pegawainya, jadi
arahkan pikiran kita untuk menjadi pengusaha bukan jadi pekerja. Lihat saja
arab saudi, disana sangat jarang sekali orang pribumi yang mau jadi pekerja,
kenapa? kebanyakan mereka jadi
pengusaha, sehingga membutuhkan tenaga kerja atau buruh kasar dari luar negeri,
maka didatangkanlah TKI dari indonesia sebagai pekerja kasar disana, saking sedikitnya atau bahkan tidak ada
orang arab yang mau jadi pekerja kasar. Hidup ini terlalu berharga untuk dihabiskan
hanya menjadi seorang buruh kawan, tapi bukan berarti saya mengatakan bahwa
buruh itu tidak baik. Maksud saya adalah belajarlah menjadi pengusaha, walaupun
usaha yang kita jalankan hanya kecil-kecilan saja, tetapi setidaknya kita
memiliki uang yang berputar, istilahnya jangan bekerja untuk mencari uang, tapi
biarkanlah uang yang bekerja untuk kita. Tidak perlu modal yang besar kawan,
sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit. Malaysia yang dulunya dibawah indonesia,
sekarang lihat saja mereka jauh lebih maju dari kita, banyak orang indonesia
yang sekolah disana, dan banyak juga TKI yang bekerja di malaysia. Mahasiswa di
malaysia diwajibkan membuat proposal untuk planning membuka suatu usaha dan
apabila proposal itu bagus dan sekiranya prospeknya cerah, maka Bank akan
meminjamkan uang untuk modal dengan ijazah sebagai jaminan. Begitu antusiasnya
mereka menjadi pengusaha, sedangkan di kita, seolah-olah didoktrin kalau sudah lulus
sekolah atau kuliah harus mencari kerja, secara tidak langsung itu merupakan
suatu doktrinisasi yang salah. Akibatnya apa, masyarakat indonesia banyak yang mati-matian mencari kerja, karena
lapangan kerja tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja, maka banyaklah
pengangguran. Coba mereka dibina untuk menjadi pengusaha, mungkin indonesia
bisa jadi negara produktif, bukan malah jadi negara konsumen atau negara dengan
masyarakat yang konsumtif. Padahal 220juta penduduk indonesia adalah jumlah
yang sangat besar untuk menjadi pangsa pasar yang bagus, hal itu sangat
mendukung untuk membuka usaha apapun. Coba lihat produk mobil dan motor,
semuanya produk luar negeri, padahal jumlahnya ada jutaan unit mobil yang
beredar di indonesia. Seandainya saja indonesia mampu memproduksi mobil dan
motor sendiri mungkin kita tidak perlu membeli dari luar, bayangkan keuntungan
yang didapat jika indonesia mampu memproduksi kendaraan sendiri, dulu sempat
ada produk mobil nasional yaitu timor, tapi hanya sebentar lalu tidak pernah
ada lagi mobil nasional. Sangat disayangkan, padahal jika kita mampu
memproduksi sendiri atau bahkan mengekspor ke luar, maka indonesia akan
berkembang pesat. Jangan hanya mengimpor atau mengirim TKI saja, harusnya kita
mengirimkan tenaga ahli, misalkan dokter, arsitek, insinyur, dan ahli-ahli lain
yang bisa dibanggakan bukan hanya mengirim tenaga kerja sebagai buruh kasar
saja.
Oleh karena itu, saya
ajak teman-teman mari kita terus berinovasi supaya kita bisa melakukan suatu
terobosan-terobosan untuk negeri tercinta ini, bangkitlah wahai indonesiaku,
negara ini sungguh berpotensi besar, tinggal bagaimana kita mengelolanya dengan
baik. Cintailah indonesia kawan, pakailah produk dalam negeri, lestarikan
budaya sendiri, hargailah karya anak bangsa, bangkitkan rasa nasionalisme kita
kawan, mari kita sama-sama turut andil dalam menyembuhkan indonesia yang sedang
sakit ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar