Senin, 11 Juni 2012

Menyembuhkan Indonesia yang Sakit


Menyembuhkan Indonesia yang Sakit

Mungkin judul diatas agak sedikit aneh, sakit? Sakit kenapa? Apanya yang sakit? Pemerintah dan masyarakat indonesia sedang sakit kawan, lihat saja berita di televisi, pasti banyak memberitakan tentang korupsi atau juga penyakit lainnya yang diderita pemerintah kita, belum lagi penyakit masyarakat yang mudah sekali tersulut emosi, tawuran antar pelajar, unjuk rasa yang anarkis, bentrok antar suku, atau kasus pembunuhan yang didasari oleh alasan yang sebenarnya sepele.
Memang benar jika pemerintah kita sekarang sudah sangat bobrok, tapi masyarakatnya juga sama saja, sangat pintar sekali mengkritik tapi bukan kritik yang membangun, sangat pandai mengomentari kinerja pemerintahan yang buruk tapi tanpa ada solusi. Semakin hari saya semakin jengah saja melihat kondisi negeri ini, saya sangat prihatin tetapi tidak tahu harus berbuat apa. Sekalipun saya punya ide dan gagasan, tapi apalah daya, saya hanya seorang mahasiswi fakultas hukum yang tidak punya pengaruh apa-apa. Tapi mudah-mudahan dengan menuangkan sedikit masukan disini saya berharap bisa memberi sedikit kontribusi untuk kesembuhan indonesia yang sedang sakit ini.
Indonesia sekarang telah banyak mengalami perubahan kawan, mungkin dari segi teknologi sudah lumayan maju dibanding beberapa puluh tahun yang lalu ketika masih awal-awal merdeka. Tapi jika dilihat dari segi mentalitasnya saya kira sangat jauh menurun, rasa nasionalisme bangsa kita semakin lama kian memudar. Kalau dulu para pahlawan kita benar-benar rela mengorbankan nyawa dan harta benda demi kemerdekaan, kalau sekarang malah banyak yang mengorbankan rakyat demi harta dan kesenangan pribadi. Sungguh berbeda sekali kawan, saat kita sudah merdeka 66 tahun lamanya, kita justru terjajah oleh ketamakan segelintir orang, kita dijajah di negeri sendiri, kita terjajah oleh bangsa sendiri, kita belum merdeka kawan, belum merdeka dari kebodohan, belum merdeka dari kemiskinan, belum merdeka secara ekonomi, masih banyak yang harus dibenahi kawan. Saya terkadang merasa gemas sekali melihat pemberitaan-pemberitaan di televisi, hati kecil saya berkata “kenapa sih tidak diurusin cepat’ atau “kenapa sih kok bisa begini” atau “kalau saya yang jadi menterinya, pasti langsung saya handle masalah ini”.
Ketika saya menulis sekarang, pada saat bersamaan saya sedang menonton berita di salah satu stasiun televisi swasta, “terjadi demonstarsi di gorontalo, kampus terbakar”. Sungguh hal yang sangat konyol, mahasiswa juga yang rugi kalau ruang kelas terbakar mau belajar dimana, orang tua kerja keras banting tulang untuk membiayai kuliah kita untuk menuntut ilmu, supaya kelak bisa jadi orang sukses, bukan malah jadi tukang rusuh dan membakar kampus. Sungguh merupakan suatu tindakan yang bodoh dan konyol, membakar kampus bukanlah suatu penyelesaian. Itu adalah salah satu alasan kenapa saya sebut sebagai “masyarakat yang sakit”, secara fisik mungkin sehat, tapi secara pola pikir masyarakat kita banyak yang masih sakit.
Saat wakil rakyat yang duduk di dewan legislatif sudah tidak bisa dipercaya lagi, ditambah lagi masyarakatnya yang kekanak-kanakan, mau jadi apa negeri ini, mau dibawa kemana indonesia ini?? Sudah saatnya kita berubah kawan, kemajuan suatu negeri bukan tergantung hanya pada pemerintah saja, tetapi juga tergantung pada masyarakatnya, kita tidak bisa hanya melulu menyalahkan pemerintah without do anything. Kita generasi muda harapan bangsa, sepuluh atau dua puluh tahun mendatang generasi kita lah yang akan duduk sebagai wakil rakyat, untuk itu kita harus memulai dari sekarang menjadi pribadi yang bijak, yang peka terhadap lingkungan sekitar, yang bisa diandalkan rakyat, yang bisa memihak rakyat, yang bisa mewakili kepentingan rakyat, kita harus belajar menjadi orang yang baik, jujur, adil, dan benar.
Indonesia sebagai negara dengan cadangan air terbanyak nomor lima di dunia tapi masih banyak masyarakat yang sangat sulit mendapatkan air bersih, masih banyak kekeringan di beberapa daerah. Seharusnya pemerintah bisa memfasilitasi supaya pembagian air merata, sehingga jika terjadi kekeringan di suatu daerah, mereka masih bisa mengakses air yang dialirkan dari daerah lain, tanpa harus jalan kaki berkilo-kilo meter hanya untuk mendapatkan beberapa ember air. Sebenarnya indonesia itu sangat kaya dan tidak kekurangan apa-apa, semuanya tersedia di alam indonesia, hanya saja pemerintah kita tidak bisa mengelolanya secara efisien, akhirnya yang terjadi ya seperti ini, istilahnya kelaparan di lumbung padi. Bahkan beberapa hari yang lalu, saya lihat berita bahwa indonesia masuk peringkat ke-2 di dunia sebagai negara dengan tingkat penggunaan wc di alam terbuka (tempat BAB di sungai atau kali) terbesar di dunia setelah india. Sungguh ironis, indonesia selalu terdepan dan teratas dalam hal yang negatif, tingkat korupsi tinggi, tingkat kemiskinan tinggi, tingkat kecelakaan lalu lintas tinggi, tingkat pengangguran tinggi. Harusnya prestasi yang ditonjolkan, bukan malah kekurangan terus yang ditingkatkan.
Saya tidak habis pikir mengapa pemerintah seolah membiarkan bangsa kita ini dijajah secara ekonomi oleh negara asing. Betapa tidak, banyak sekali waralaba-waralaba asing yang ada di indonesia, dan dengan bangganya masyarakat kita makan di tempat-tempat makan asing tersebut. Hampir di seluruh kota ada McD, KFC, A&W, starbuck, dan yang lainnya. Kita memperkaya orang luar, sementara orang indonesia hanya menjadi konsumen saja. Harusnya masyarakat kita bangga dengan produk dalam negeri, kalau bukan kita lantas siapa lagi yang akan bangga dengan produk indonesia. Bagaimana produk lokal bisa go internasional kalau di dalam negeri sendiri tidak diminati.
Inti permasalahannya adalah, bahwa baik pemerintah ataupun masyarakatnya banyak yang pola pikirnya sakit. Memang tidak semuanya, tapi sebagian besar masih sakit. Disinilah yang harus dirubah, pola pikirnya dulu yang harus dibetulkan. Mari kita sama-sama belajar untuk meluruskan kembali pola pikir atau sudut andang atau paradigma kita terhadap suatu permasalahan. Apabila seluruh penduduk indonesia sehat otaknya, saya yakin tidak akan ada lagi yang namanya pelecehan seksual di dalam angkutan umum, tidak ada lagi pejabat yang korupsi, tidak ada lagi siswa tawuran, tidak ada lagi kerusuhan antar warga.
Peran pemerintah dan masyarakat sangat penting dalam memajukan negeri ini. Baik pemerintah maupun masyarakat harus bekerja sama secara continue dan sinergis dalam memajukan indonesia, bukan malah saling mementingkan kepentingan pribadi. Masyarakat hobi menuding pejabat dan mengorek-ngorek kesalahan pejabat, salah sedikit saja langsung ribut di media, padahal belum tentu juga benar-benar bersalah. Begitupun pemerintah, sangat lamban dalam menangani permasalahan yang terjadi, dan tidak serius dalam memproses terdakwa korupsi, tapi giliran ada nenek tua yang mencuri beberapa butir coklat kakao, langsung diproses di pengadilan, macam betul saja peradilan kita ini, kok bisa-bisanya ngurusin hal sepele seperti itu sementara koruptor milyaran yang di penjara pun masih sempat jalan-jalan ke makau, ke bali, dll. sementara itu, di semarang, ada bangunan sekolah SD yang ambruk sehingga terpaksa mereka belajar di ruang dapur salah satu guru yang mengajar di sekolah tersebut, ironis sekali kawan. Lain halnya apabila masyarakat dan pemerintah sama-sama saling bersimbiosis mutualisme, saya yakin indonesia bisa maju pesat dan menjadi negara berpengaruh di dunia.
Mungkin teman-teman masih bingung dengan istilah  pola pikir yang sakit. Maksud saya adalah arah pemikiran yang salah, sebagai contohnya banyak sekali orang selalu berpikir untuk mendapatkan kerja, kerja, dan kerja. Seharusnya cobalah berpikir untuk membuka lapangan kerja, kenapa? Karena kita bisa lebih maju sebagai pengusaha daripada pekerja, pabrik rokok yang kaya adalah pemilik pabriknya, bukan buruh atau pekerjanya. Pemilik perusahaan selalu lebih sukses dibanding pegawainya, jadi arahkan pikiran kita untuk menjadi pengusaha bukan jadi pekerja. Lihat saja arab saudi, disana sangat jarang sekali orang pribumi yang mau jadi pekerja, kenapa? kebanyakan mereka jadi pengusaha, sehingga membutuhkan tenaga kerja atau buruh kasar dari luar negeri, maka didatangkanlah TKI dari indonesia sebagai pekerja kasar disana, saking sedikitnya atau bahkan tidak ada orang arab yang mau jadi pekerja kasar. Hidup ini terlalu berharga untuk dihabiskan hanya menjadi seorang buruh kawan, tapi bukan berarti saya mengatakan bahwa buruh itu tidak baik. Maksud saya adalah belajarlah menjadi pengusaha, walaupun usaha yang kita jalankan hanya kecil-kecilan saja, tetapi setidaknya kita memiliki uang yang berputar, istilahnya jangan bekerja untuk mencari uang, tapi biarkanlah uang yang bekerja untuk kita. Tidak perlu modal yang besar kawan, sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit. Malaysia yang dulunya dibawah indonesia, sekarang lihat saja mereka jauh lebih maju dari kita, banyak orang indonesia yang sekolah disana, dan banyak juga TKI yang bekerja di malaysia. Mahasiswa di malaysia diwajibkan membuat proposal untuk planning membuka suatu usaha dan apabila proposal itu bagus dan sekiranya prospeknya cerah, maka Bank akan meminjamkan uang untuk modal dengan ijazah sebagai jaminan. Begitu antusiasnya mereka menjadi pengusaha, sedangkan di kita, seolah-olah didoktrin kalau sudah lulus sekolah atau kuliah harus mencari kerja, secara tidak langsung itu merupakan suatu doktrinisasi yang salah. Akibatnya apa, masyarakat indonesia banyak yang mati-matian mencari kerja, karena lapangan kerja tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja, maka banyaklah pengangguran. Coba mereka dibina untuk menjadi pengusaha, mungkin indonesia bisa jadi negara produktif, bukan malah jadi negara konsumen atau negara dengan masyarakat yang konsumtif. Padahal 220juta penduduk indonesia adalah jumlah yang sangat besar untuk menjadi pangsa pasar yang bagus, hal itu sangat mendukung untuk membuka usaha apapun. Coba lihat produk mobil dan motor, semuanya produk luar negeri, padahal jumlahnya ada jutaan unit mobil yang beredar di indonesia. Seandainya saja indonesia mampu memproduksi mobil dan motor sendiri mungkin kita tidak perlu membeli dari luar, bayangkan keuntungan yang didapat jika indonesia mampu memproduksi kendaraan sendiri, dulu sempat ada produk mobil nasional yaitu timor, tapi hanya sebentar lalu tidak pernah ada lagi mobil nasional. Sangat disayangkan, padahal jika kita mampu memproduksi sendiri atau bahkan mengekspor ke luar, maka indonesia akan berkembang pesat. Jangan hanya mengimpor atau mengirim TKI saja, harusnya kita mengirimkan tenaga ahli, misalkan dokter, arsitek, insinyur, dan ahli-ahli lain yang bisa dibanggakan bukan hanya mengirim tenaga kerja sebagai buruh kasar saja.
Oleh karena itu, saya ajak teman-teman mari kita terus berinovasi supaya kita bisa melakukan suatu terobosan-terobosan untuk negeri tercinta ini, bangkitlah wahai indonesiaku, negara ini sungguh berpotensi besar, tinggal bagaimana kita mengelolanya dengan baik. Cintailah indonesia kawan, pakailah produk dalam negeri, lestarikan budaya sendiri, hargailah karya anak bangsa, bangkitkan rasa nasionalisme kita kawan, mari kita sama-sama turut andil dalam menyembuhkan indonesia yang sedang sakit ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar